Bus keramat
Pernahkah kalian mengalami mimpi yang berulang hampir 2 minggu penuh? Sampai harus membeli obat agar bisa melanjutkan tidur setelah terbangun di tengah malam dengan peluh yang bercucuran. Seperti mimpi itu benar benar terasa nyata, mimpi yang dirasa tak semua orang bisa tertidur dengan tenang. Semua ini bermula dari…
“Beneran nih gamau ikutan?” Yang semula atensi aji hanya terpaku kepada buku tugasnya, telah direbut oleh teman laki-laki nya dengan panggilannya, taro. Sepertinya ia baru saja kembali dari kantin, karena tangannya membawa kantong plastik berisi 4 botol bermerek ‘hari yang baik’ Dengan varian rasa yang berbeda.
“Ayo ih, gua mau liat langsung pake mata nih” chandra menarik kursinya ikut bergabung sambil mengambil 1 botol kopi dari plastik yang telah taro letakkan di atas meja. “anyway makasi kopinya” ucap chandra ke arah taro. Sang pemilik kopi pun hanya menggeleng gelengkan kepalanya, tak heran jika sahabatnya kelakuannya minus begini.
“selama ini lu liat gapake mata emang?” Sakha bangkit dari tidurnya, membuka jaket yang sedaritadi ia gunakan untuk menutup wajahnya, tiduran di atas meja dengan tangan sebagai bantalan.
“Ga gitu ih” chandra melemparkan botol kosong ke arah sakha.
Aji menghela nafas panjang, sudah 2 hari taro mengawali pembicaraan dengan mengajak mereka untuk mengikuti acara jejak paranormal. Aji dan sakha bukanlah orang yang mempercayai hal hal berbau mistis. Meskipun beredar cerita bahwa kelas yang mereka gunakan merupakan bekas gedung yang dibiarkan terbengkalai dan ditempati makhluk halus, Aji tetaplah aji, ia menepis semua hal hal yang menurutnya tidak masuk akal itu. masa semua sekolah memiliki cerita yang sama, jika bukan bekas gedung pasti kuburan atau bahkan hutan.
“Ayo taruhan aja lah” setelah mengacak ngacak rambut, chandra kembali bersuara.
“Lu pengen banget ketemu sama hantu, apa.?” Aji membuka suara, disini ia agak menancapkan gas emosi.
“Iyaaa!” jawab chandra.
“Mau taruhan sama apa emang?” tanya sakha.
“Nanti dah kalo kita beneran ketemu sama mbak mbak rambut panjang, kita pergi ke dufan, gua yang beliin tiketnya” ucap chandra sembari bergurau.
“Habis ketemu mbak kunti bukannya shalat, trus minta ampun malah jalan jalan” ucap sakha yang dihadiahi anggukan dari aji, yang berarti ia setuju dengan perkataan temannya.
“Kalo gak ketemu?” aji menaikkan satu alisnya sambil bertanya.
“Yaudah gak jadi ke dufan” jawab chandra dengan enteng.
“Tanpa kita pergi ke acara jejak paranormal ge ada kok mbak mbak rambut panjang di samping lu” gurau aji sambil sedikit mengeluarkan simrik
“JANGAN GITUUUU!!” chandra mengeluarkan suaranya yang sedikit nyaring itu, sambil mendorong mundur kursinya menggunakan kaki. Wajahnya panik bukan main mendengar hal itu.
Aji, taro dan sakha tertawa terbahak bahak ada yang memegangi perutnya, Ada yang tertawa sambil memukul meja bahkan ada yaang memukul lengan teman sampingnya.
“GAK LUCU YA!” chandra mengeluarkan suaranya lagi, yang membuat seisi kelas menoleh kearah kami.
“Yaudah jadi ga?” Tanya taro sekali lagi, sambil menyeka air mata yang keluar karena gurauan tadi.
“Mata nya si taro kalo ketawa, ilang lu” ujar sakha tertawa sambil mengebrak-gebrak meja.
“Ayo dah, gua mau coba sekali kali” aji mengeluarkan suaranya, tak ada salahnya kan jika mencoba. barang kali jika benar benar bertemu dengan mbak k, lalu ditraktir chandra untuk pergi ke dufan bersama sama.
Di poster juga tertulis bahwa peserta akan menelusuri hutan belantara, jauh dari yang namanya kota. Namun dipantau ketat oleh para pengawas dari kamera, yang diletakkan tersembunyi di balik pepohonan atau dedaunan. agar yang hilang, jejaknya dapat ter-rekam lalu dicari bersama sama.
Lalu mereka pun menoleh ke arah sakha yang sedang membungkuk mengikat tali sepatunya, lalu memperhatikan teman-temannya balik yang sama sedang menatapnya. Yang ditatap pun bersuara “apa?”
“Lu setuju enggak, badrun!” seru chandra.
Sakha berfikir sejenak. hati mengatakan ikut, namun otak mengatakan tidak. Pikiran selalu mengarah kepada kepastian dan keamanan, sedangkan hati selalu menimbulkan misteri, kemungkinan dan petualangan. Ketika keputusan sudah berada di ujung tanduk, antara harus memilih ikut atau tidak. Sakha berjalan menuju bangkunya karena bel sudah mengeluarkan suaranya, netranya menatap mata orang-orang yang masih menunggu jawaban. Dan akhirnya sakha mengangguk memberikan sebuah keputusan, chandra dan taro pun berdiri mengepalkan tangan ke atas sambil berkata yess!
———
“Pak, saya izin ke toilet” Aji mengacungkan tangan ke atas, sekedar meminta izin untuk pergi sebentar meninggalkan pelajaran. Karena di angguki oleh pak surya selaku guru yang sedang mengajar di kelas, ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kelas. setelah agak jauh dari kelas terdengar derapan kaki yang tak lain milik chandra, temannya. Ikut Menyusul aji pergi ke kamar mandi, berjalan dengan cepat untuk menyesuaikan langkah kaki temannya ini. Chandra memiting leher aji sambil berjinjit-jinjit.
“Jangan tinggi tinggi napa jadi orang!” ujar chandra. Melepaskan pitingannya lalu berlari meninggalkan aji yang menatap heran lalu dia merotasikan bola mata dan kembali berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam kantung jaketnya.
Setelah urusan di kamar mandi selesai, aji mencuci tangan di westafel lalu mengaca sebentar melihat wajahnya. memuji parasnya yang memang tampan, di depan kaca sambil bergaya untuk memikat hati perempuan. tak lama kemudian aji menoleh ke arah kiri dan dikejutkan oleh chandra yang sudah berdiri di sampingnya. Kedua manik pun saling bertatapan “KAGET, SETAN!” ujar aji yang reflex memukul lengan , sambil memegangi dada. Chandra pun tersenyum jahil ke arahnya “dah yuk balik kelas”ujar chandra mendahului aji yang masih diam menetralkan jantungnya.
Langit pada siang ini berubah menjadi gelap menandakan hujan akan turun sebentar lagi, angin bertiup kencang menerbangkan helaian dedaunan yang ada di pinggir jalan. aji berjalan gontai menuju kelas sambil bersenandung ria menyanyikan bait lagu yang berjejer di otak, sembari matanya berkeliling untuk melihat koridor yang sepi, ia menangkap chandra ingin mengatakan sesuatu
“Besok sabtu beneran mau ikutan?” chandra membuka suaranya saat menuruni anak tangga. Fyi kelas mereka berada di lantai 1, kamar mandi berada di lantai 2.
“Lahh? Jadi lah!” Aji mengerutkan dahi kebingungan, pasalnya chandra yang berusaha keras membujuk agar ia mau mengikutinya, mengapa sekarang ia bertanya? itu yang aji pikirkan. 5 langkah lagi mereka sampai di kelas, chandra kembali bersuara “hati-hati.” aji mengernyitkan dahi kebingungan, lalu berjalan mendahuluinya membuang jauh-jauh pemikiran tentang kalimat yang chandra ucapkan tadi.
Saat menginjakkan kakinya di kelas jantungnya berdetak lebih cepat dari pada kejutan chandra di kamarr mandi tadi, kagetnya bukan main ketika ia melihat chandra sedang duduk mengobrol bersama kelompoknya. jelas jelas tadi Aji berjalan mendahuluinya. Yang tadi itu siapa?
Aji pun menolehkan wajahnya ke belakang, Gemetar bukan main tangannya ketika didapati tidak ada seorang pun di belakangnya. ia menautkan sepuluh jarinya, merasakan hawa dingin di sekujur tubuh, mencoba menelan saliva dengan susah payah. sampai lamunannya buyar ketika pak surya menggoncangkan tubuhnya.
“kamu ngeliatin apa?” tanya pak surya.
“h-hah” aji gelagapan, pikirannya entah hilang kemana. Suara suara yang memenuhi kelas hilang seketika.
“Istigfar, istigfar” kata pak surya sambil menepuk pipinya. aji langsung memejamkan mata membaca ayat kursi serta beristigfar sebanyak banyaknya
“Udah sana duduk bersama kelompokmu, tadi bapak udah bagiin kelompok” ujar pak surya, tangannya menepuk pundak aji lalu berjalan ke luar kelas.
———
Hari sabtu pun tiba, seperti yang tertulis di agenda, hari ini dilakukannya perjalanan. tak lupa membawa makan dan minuman serta obat obatan. Dibawah bus mini banyak ibu ibu yang memeluk anaknya, mendoakan agak anaknya bisa pulang kembali dengan selamat.
Aji dan sakha telah tiba dua puluh menit lebih awal dari pemberangkatan, rencananya rombongan akan berangkat pukul 7 malam nanti, setelah melaksanakan shalat magrib berjamaah di masjid milik sekolah.
Aji menghela nafas menyilangkan kedua lengannya di dada, bagaimana bisa orang yang paling antusias mengajak untuk mengikuti jejak paranormal belum menunjukkan batang hidungnya.
“duduk disitu dulu yuk, pegel kaki gua” sakha menunjuk tempat duduk dibawah pohon yang rindang.
Pohon ini memiliki cerita, konon katanya dulu sebelum lahan ini dibangun menjadi sekolah ada orang yang berwasian untuk jangan menebang pohon ini. jika kalian menebang maka pemiliknya akan marah, begitulah cerita yang beredar dari siswa maupun siswi.
Setelah aji merebahkan bokong diatas papan kayu, matanya berkeliling memandangi pohon yang memang rindang, namun tidak berbuah dan berbunga pohonnya pun tidak tumbuh meninggi ataupun menua.
“Pohonnya harus diminumin susu hilo gak sih? Kan biar tumbuh ke atas” sakha memecah keheningan, yang membuat aji tertawa renyah.
5 menit setelahnya chandra dan taro baru menampakkan batang hidungnya, tangannya melambai lambai mengisyaratkan agar mendekati nya. Saat sakha berjalan ke arah chandra dan taro meninggalkan aji yang sedang membenarkan posisi topinya, aji mendengar bunyi gesekan sapu lidi. Hening, Tidak ada siapa siapa di sekitar. bahkan suara sapu lidi itu hilang ketika ia menoleh ke arah kanan dan kiri, aji pun menggendong tas di punggung, baru satu langkah meninggalkan area bawah pohon bunyi itu terasa semakin dekat
Srekk...
Srekk..
Srekk..
Suara sapu lidi itu kembali terdengar, aji menghadapkan wajahnya ke belakang mengedarkan pandangan ke seluruh area. Tidak ada siapapun disini hanya angin malam yang berhembus menerpa kulit, kosong dan sepi. Masih dengan banyak pertanyaan yang berjejer di otak, ia pergi melangkah menyusul sakha yang telah tiba disamping chandra dan taro dan terlihat sedang berbincang.
Bis pun berangkat menuju tujuan, pemandu mengatakan bahwa tempatnya jauh dari sekolah, kalau dihitung akan menghabiskan 3 jam untuk duduk di bis. Mereka menyarankan kami untuk tidur jika ingin menyimpan energi untuk nanti. Aji memperbaiki posisi duduknya mencari kenyamanan untuk punggungnya bersandar, menyilangkan tangannya di atas dada lalu memejamkan mata untuk menyimpan energinya
Tiba tiba
ckrittt...
Tubuh para siswa terjungkal ke depan dikarenakan bus mengerem mendadak, panitia menyuruh peserta untuk turun sebentar. Kondisi saat ini sangatlah tidak memungkinkan untuk mengikuti acara, banyak panitia yang berlalu lalang menelpon rombongan di belakang. menanyakan apakah masih ada sisa bus kosong yang tersisa, karena bus yang mereka tumpangi ban nya bocor.
Mendengar komando bahwa rombongan disuruh berjalan mengikuti rute bus yang telah dilewati, setelah persimpangan didepan akan ada halte bus yang akan digunakan untuk menunggu bus cadangan. Mereka pun mulai berjalan bersama menenteng tas masing-masing, malam yang sedikit mencekram dengan pohon beringin di sekitar dan kuburan-kuburan sebagai pemandangan malam ini. Sepi, tidak ada satupun kendaraan yang berani lewat setelah pukul sepuluh malam.
Tak terasa sudah 7 menit berjalan mengikuti alur yang telah dilalui bus, sampai akhirnya rombongan tiba di halte yang dituju. Malam semakin larut bus pun tak kunjung tiba, terdengar banyak helaan nafas dari para rombongan kemungkinan besar acara hari ini akan gagal karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan wali murid banyak yang menelpon anak-anaknya.
“Ishhh kita udah nunggu di halte 2 jam loh??? Tapi kenapa bus gak dateng dateng sih?” Chandra mengacak acak rambutnya, frustasi dengan kesialan yang terjadi hari ini.
Taro yang sedaritadi fokus dengan gadget menunggu informasi dari grup acara, langsung membuka suara “5 menit lagi bus katanya bakal dateng”
Chandra yang mendengarnya langsung teriak kegirangan. Ucapan taro dapat di pegang, tepat 5 menit setelahnya terlihat cahaya yang menyorot dengan terang. mereka pun menaikinya dengan berharap yang terjadi hari ini hanyalah kesialan, namun mengapa aji merasa banyak yang aneh setelah memilih kursi untuk duduk. Aji pun memilih membuka jendela untuk mengusir semua pemikiran negatif, bus masih belum berjalan karena menunggu rombongan yang menaruh barang barangnya di bagasi, tiba-tiba aji mendengar suara wanita tertawa cekikikan, tengkuknya merinding, bulu kuduk berdiri semua. Dengan Susah payah aji menelan salivanya lalu memberanikan diri untuk menoleh ke luar jendela, dari ujung mata ia menangkap sosok perempuan sedang duduk di kursi halte membawa sesuatu yang dibalut dengan kain putih. jantungnya berbunyi dengan cepat, kaki melemas seketika sampai sampai aji tidak merasa tepukan dari chandra. aji pun memejamkan mata berusaha menenangkan diri, menarik nafas panjang dan membuka matanya kembali. Aji pun menghela nafas lega karna bus sudah melaju membelah jalanan.
“Ini mau kemana?” tanya aji
“Katanya sih acaranya ditunda besok” sakha bersuara dari bangku belakang. Aji mengangguk faham.
Aji memilih tidur sebentar, rasanya masih tidak nyaman. Yang aji harapkan adalah bisa menghilangkan kejadian yang baru saja di alami. Tiba-tiba merasa aneh saat terbangun dan jam menunjukkan pukul dua belas malam, mengapa bis ini tidak kunjung tiba di sekolah?? Sakha, taro dan chandra menoleh ke arah aji, wajah mereka pucat, bulu kuduk pun kembali berdiri membuat aji menoleh ke arah kanan dan kiri, kira kira bus ini akan membawa kami kembali ke sekolah atau…..
Menepis semua pemikiran pemikiran aneh yang terus berputar putar mengelilingi otak, sakha meyakinkan teman temanya bahwa masih banyak mobil yang berlalu lalang di jalanan, jadi bus pasti membawa kami kembali ke sekolah.
Namun ketika taro menemukan botol plastik dengan kertas yang melingkar menggantikan plastik kemasan dibawah kursi, dia mengeluarkan suara “cuy! Ini botol minum yang gua buang di bus pertama” mereka saling memandang satu sama lain. Jantung bergemuruh dengan cepat, tiba tiba lampu bis pun seketika padam, mesin pun ikut berhenti. aji dan sakha saling melemparkan pandangannya seakan tahu apa yang harus mereka lakukan, mereka berjalan mundur mendekati pintu belakang. memang dari tadi mereka berempat merasakan hawa aneh di sekitar, tak lupa aji berjalan sambil melafalkan surah-surah yang terlintas di pikiran.
Lampu pun tiba tiba kembali mengeluarkan cahayanya, aji bernafas lega karena bus kembali melaju dengan kencang. Karena aji tadi berdiri didepan teman temannya ia menoleh kebelakang, alangkah terkejutnya aji ketika melihat pancuran darah yang keluar dari otak taro, kakinya lemas bukan main aji jatuh dengan tangannya yang gemetaran. Ketika ia menoleh ke arah kanan, ia melihat sakha dengan lengannya yang putus. dan chandra menggantung di tengah tengah bus, dengan kondisi yang mengenaskan. darah berceceran membasahi sepatu, Badan seketika terasa lemas, kaki yang bergetar dan air mata yang keluar tanpa persetujuan, aji hanya bisa duduk bersimpuh berharap kejadian hari ini hanyalah hayalan.
Aji berteriak memanggil nama mereka sembari mengguncangkan badannya satu persatu, bisa-bisanya penumpang dan supir tidak menoleh kebelakang. Aji berteriak-teriak membuat kegaduhan, mengguncangkan teman-temannya yang lain untuk melapor polisi namun tetap tidak ada yang merespon, bahkan tidak ada satupun orang yang menengok. Aji memejamkan mata, tubuhnya kini seperti tak berdaya. Kata orang, laki-laki tidak boleh menangis namun mengapa hari rasanya seperti tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata. Aneh, lebih anehnya lagi jika aji merasa benar, bahwa bus ini tidak tiba di tempat tujuan. Kini yang bisa aji lakukan pasrah dan berdoa, masih tidak percaya akan semua hal dan tubuh yang tiba tiba tidak bisa digerakkan seperti ada yang menahan. Satu cahaya berjalan mendekat meraup badan saya, dan…
“Ji lo gak papa?” Suara chandra yang pertama saya dengar, jujur diwaktu itu aji menangis memeluk chandra.
“Ajii beratttt!!! Lepasin gak” seru chandra yang meronta ronta, memukul punggung. aji sangat senang karena ini semua tidak benar benar terjadi namun mengapa ini terasa seperti sangat nyata?
“Gua kok bisa ada di sini?” Tanya aji.
“Sehabis lu balik dari kamar mandi, tiba tiba hidung lu mimisan trus pingsan” jelas taro, aji menganga tak percaya.
“Kepala lo gak papa?” Tanya aji kepada taro, yang ditanya pun menatap dengan tatapan bingung.
“Gak papa lah emang kenapa?”. aji hanya menggeleng dan tertawa.
“Chandra lu kalo ada masalah jangan gantung diri, cerita ke kita ya!” Chandra pun mengerutkan keningnya, kayaknya si aji habis pingsan makin gak waras gerutunya.
“lu juga sak, kalo mainan jangan aneh aneh tangan lo dijaga!”
“Bentar bentar” Sakha berjalan mendekati ranjang uks “lu dapet mimpi di bis?” tangannya menunjuk aji. Tak ada jawaban, aji menatap sembari diam tercengang, bagaimana bisa mereka memimpikan mimpi yang sama?
“Tapi bedanya kalo di mimpi gua tangan lu yang potong ji”
“Ihh gilaaa!!!!” Chandra menyeru kaget “gua juga semalem mimpi itu, tapi di akhiran gue terjun ke jurang” chandra ikut bergabung kedalam pembicaraan ini, saya kira hanya saya dan sakha yang mendapatkan mimpi yang sama.mereka pun melirik ke arah taro, ia pun mengangguk yang berati dia pun juga sama, sama sama mendapatkan mimpi ini.
Triinggggg....
Bel sekolah pun berbunyi, jujur mereka berempat terlonjak kaget, tenyata kelas masih memiliki satu jam pelajaran lagi. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Setelah pelajaran selesai, bel pulang berbunyi. Seluruh murid berhamburan untuk pulang.
“Dah ya gua balik, nanti cerita-cerita lagi di WA” aji mengajak satu persatu teman temannya untuk melakukan tos lalu tangannya melambai dan keluar kelas sambil berjalan menentang jaket. berjalan ke arah halte didepan sekolahan sambil memikirkan mimpi dimana kami mengalami mimpi yang sama. Sungguh aneh jika dipikir-pikir, mereka bilang ini hanya mimpi namun jaket yang sedang ia tenteng penuh dengan noda darah saat tadi berusaha menutup darah yang memancur dari kepala taro seketika mimpi.
Noda darah siapa yang ada di baju saya? Aji bermonolog
Tak lama kemudian bis yang ia tunggu datang, aji memilih kursi di dekat jendela, aji tidak mau ambil pusing lalu dia membuka jendela untuk menikmati semilir angin di sore hari, meskipun banyak polusi, dikarenakan rumah aji berada di kota yang memiliki banyak pabrik serta bangunan bangunan yang menjulang tinggi sehingga di sore hari asap asap berterbangan. entah itu dari pabrik atau kendaraan Tak lama kemudian bis pun berhenti di halte selanjutnya, banyak penumpang yang naik berebut memilih tempat untuk duduk, ada yang memilih untuk berdiri, kursi disebelah aji kosong, namun mengapa tidak ada yang duduk disini?.
Tiba tiba ada seorang perempuan, menggendong bayi sepertinya dengan rambut dibiarkan terurai yang duduk disamping aji, awalnya aji tidak begitu perduli dengan wanita yang duduk di sampingnya, saat ia menengok sedikit ke arah kanan ia bergidik ngeri bahwa yang wanita bawa itu bukanlah bayi, namun boneka dengan penampilan yang berantakan.
aduh plis jangan bikin gua degdegan aji memejamkan mata memalingkan wajahnya ke arah kiri, membatin. Mengingatkannya kepada kejadian di halte ketika mimpi berlangsung.
Cepetan turun donkkk plis plis plis batinnya
Wanita itu mengangkat tangannya ke arah kenek bus, aji pun berhamdalah karena allah mengabulkan doanya. Aji pun menatap punggung wanita yang ingin turun, saat ia ingin memalingkan wajah matanya menangkap secarik kertas. Aji kira itu kertas milik wanita itu, tadinya ingin ia kembalikan namun karena bus sudah melaju meninggalkan halte aji sedikit penasaran dengan kertas itu. Perlahan ia buka, lalu aji lempar setelah membacanya, dipungut lalu dibuang ke luar itu merupakan pilihan yang tepat menurutnya. Karena kertas itu berisi tulisan
kira kira siapa ya yang bakal duluan dari kalian berempat??
Story by me
Jangan menjiplak karya orang ya teman-teman! Dosa ditanggung sendiri apabila kalian menjiplak karyaku
0 comments